Anggun C. Sasmi
Anggun
Cipta Sasmi (lahir di Jakarta, 29 April 1974) adalah penyanyi Indonesia yang
saat ini telah memiliki kewarganegaraan Perancis. Ia merupakan putri dari Darto
Singo, seorang seniman Indonesia, dan Dien Herdina, seorang perempuan yang
masih kerabat Keraton Yogyakarta. Ia mengawali kariernya dengan tampil di
panggung Ancol di usia tujuh tahun, lalu merekam album anak-anak dua tahun
kemudian. Di bawah bimbingan musisi Ian Antono, Anggun merekam album studio
pertamanya di Indonesia berjudul Dunia Aku Punya pada tahun 1986. Namun, nama
Anggun baru melambung setelah merilis singel berjudul "Mimpi" pada
tahun 1989.
Pada usianya yang masih sangat muda Anggun telah berhasil menggapai
puncak popularitasnya sebagai penyanyi rock di Indonesia dengan diraihnya
penghargaan "Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991".
Penampilan Anggun dalam konser
tunggalnya di Paris, Perancis, pada 13 Juni 2012.
-----------------
Pada
tahun 1994, Anggun memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan mewujudkan
impiannya menjadi artis bertaraf internasional. Dengan bantuan Erick Benzi,
seorang produser besar Perancis, pada tahun 1997, Anggun berhasil merilis album
internasional pertamanya berjudul Snow on the Sahara di 33 negara di seluruh
dunia, termasuk Amerika Serikat yang menjadi baromoeter musik internasional.
Sejak saat itu Anggun telah menghasilkan sebanyak lima album internasional yang
direkam dalam multi-bahasa, terutama bahasa Inggris dan bahasa Perancis. Anggun
juga telah berkolaborasi dengan banyak artis mancanegara, termasuk di antaranya
Julio Iglesias, Peter Gabriel, dan Pras Michel dari grup The Fugees.
Anggun
merupakan penyanyi Indonesia pertama yang berhasil menembus blantika musik internasional
dan album-albumnya telah meraih penghargaan gold dan platinum di beberapa
negara Eropa. Anggun telah menjual lebih dari 10 juta kopi rekaman sepanjang
perjalanan kariernya.[1] Beberapa penghargaan telah diraih Anggun atas
pencapaiannya, termasuk di antaranya anugerah prestisius "Chevalier des
Arts et Lettres" dari pemerintah Perancis. Anggun juga telah dua kali
didaulat menjadi duta global Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu untuk
program Mikrokredit pada tahun 2005 dan Food and Agriculture Organization (FAO)
pada tahun 2009.
Anggun berpidato di forum PBB sebagai
duta pangan dunia.
-----------
Kehidupan
dan karier
1974–1993:
Masa kecil dan perjalanan karier di Indonesia
Anggun
merupakan putri pertama dari pasangan Darto Singo, seorang seniman Indonesia
dengan Dien Herdina, seorang ibu rumah tangga yang masih keturunan keraton
Yogyakarta.[2] Anggun menempuh pendidikan dasarnya di sebuah sekolah Katolik di
Jakarta, meskipun Anggun sendiri adalah seorang Muslim.[3][4] Anggun dibesarkan
dalam keluarga yang penuh seni. Sejak usia tujuh tahun Anggun digembleng
latihan vokal setiap hari oleh ayahnya.[5] Anggun diajarkan berbagai latihan
teknik vokal dengan penuh disiplin. Tidak hanya itu, Anggun juga diajarkan
bermain piano. Dengan dimanajeri ibunya, Anggun kemudian mulai tampil di atas
panggung, meskipun sering hanya dengan imbalan nasi bungkus.[6] Pada usia
sembilan tahun, Anggun mulai menciptakan lagu-lagunya sendiri dan mulai merekan
album anak-anak.[7][8]
Saat
menginjak usia 12 tahun, Anggun meluncurkan album rock pertamanya berjudul
Dunia Aku Punya (1986). Album tersebut diproduseri oleh gitaris terkenal
Indonesia, Ian Antono.[9] Sayangnya, album ini tidak mampu mengangkat namanya.
Anggun baru meroket di blantika musik Indonesia setelah merilis singel berjudul
"Mimpi" pada akhir tahun 1989. Menurut majalah Rolling Stone,
"Mimpi" merupakan salah satu dari "150 Lagu Indonesia Terbaik
Sepanjang Masa".[10] Popularitas Anggun terus melejit dengan dirilisnya
sederet singel seperti "Tua Tua Keladi" dan "Takut". Anggun
kemudian berhasil meraih penghargaan sebagai "Artis Indonesia Terpopuler
1990-1991".[11] Setelah sukses dengan singel, Anggun kembali merilis album
studio berjudul Anak Putih Abu Abu (1991), yang disusul dengan Nocturno (1992).
Pada usianya yang masih belia, Anggun telah berhasil melejit sebagai salah satu
penyanyi rock paling sukses di paruh awal 1990-an. Album-albumnya terjual
hingga jutaan kopi dan singel-singelnya merajai tangga lagu di
Indonesia.[12][11]
Anggun pada konser "Fete de l'Espoir"
di Jenewa, Swiss, 26 Mei 2005.
------------
Di
tengah puncak popularitasnya, Anggun memutuskan untuk menikah muda pada tahun
1992 dengan Michel Georgea, seorang insinyur berkebangsaan Perancis. Mereka
pertama kali bertemu saat Anggun mengadakan tur konser di Kota Banjarmasin.[13]
Michael kemudian diangkat menjadi manager Anggun. Pada usia 19 tahun, Anggun
berhasil menjadi penyanyi termuda yang mendirikan perusahaan rekamannya
sendiri, Bali Cipta Records.[3] Ia juga terjun langsung sebagai produser rekaman
sehingga lebih bebas dalam menggarap albumnya sendiri.[9] Anggun kemudian
merilis album studio terakhirnya di Indonesia berjudul Anggun C. Sasmi...
Lah!!! pada tahun 1993. Singel pertamanya, "Kembalilah Kasih (Kita Harus
Bicara)", kembali mencetak sukses dan videonya sempat menembus MTV Hong
Kong.[3] Anggun pun merasa tidak puas dengan kesuksesannya di Indonesia dan
mulai memimpikan karier sebagai penyanyi bertaraf internasional.[14]
1994–1996:
Meninggalkan Indonesia dan permulaan di Eropa
Pada
tahun 1994, Anggun meluncurkan sebuah album kompilasi terbaik berjudul Yang
Hilang yang memuat lagu-lagu hit Anggun selama di Indonesia. Setelah itu,
Anggun menjual perusahaan rekamannya dan hijrah ke Eropa untuk mewujudkan
impiannya menjadi penyanyi internasional.[14][15] Bersama suaminya Michel
Georgea, Anggun menetap di London, Inggris selama setahun untuk memulai
kariernya lagi dari nol. Ia rajin mengirim demo rekaman ke berbagai studio di
Inggris dan juga pergi ke klub-klub untuk memperkenalkan dirinya sebagai
penyanyi. Biaya hidup yang tinggi di London membuat uang hasil penjualan
perusahaan rekaman Anggun habis sedikit demi sedikit. Anggun pun harus menerima
kekecewaan berbulan-bulan kemudian tatkala semua demo rekamannya tidak mendapat
respon positif. Anggun akhirnya berada pada kesimpulan bahwa ia tidak akan
memiliki masa depan di Inggris dan berencana untuk memulai karier di negara
Eropa lain. Ia sempat berniat pindah ke Belanda, namun kemudian ia beralih ke
Perancis.[14]
Dua
tahun setelah meninggalkan Indonesia, Anggun akhirnya berhasil bertemu dengan
Erick Benzi, salah seorang produser besar Perancis yang pernah menggarap album
sejumlah penyanyi kenamaan seperti Celine Dion, Jean-Jacques Goldman dan Johnny
Hallyday.[16] Benzi terpikat oleh kemampuan vokal Anggun dan seketika
menawarkannya untuk rekaman album. Anggun setuju dan memutuskan untuk
mempelajari bahasa Perancis secara otodidak.[17] Atas bantuan Benzi, Anggun
kemudian direkrut oleh Columbia Records di Perancis. Tidak hanya itu, Anggun
juga berhasil mendapat kontrak label induk Sony Music International untuk album
yang akan diedarkan secara internasional.
1997–1999:
Snow on the Sahara dan kesuksesan internasional
Pada
tanggal 24 Juni 1997, Anggun merilis album berbahasa Perancis pertamanya
berjudul Au nom de la lune. Yang paling menonjol dari album ini adalah
perubahan total jalur musik Anggun, dari musik rock yang bertahun-tahun
digelutinya menjadi musik pop etnik dengan sentuhan bunyi-bunyian instrumen
tradisional Indonesia. Anggun mengatakan, "Saya ingin memperkenalkan
Indonesia, tetapi dengan cara yang progresif, dalam lirik, dalam suara, tetapi
yang paling utama melalui diri saya sendiri."[9] Singel pertama Anggun
"La neige au Sahara" langsung menjadi hit dan tercatat sebagai lagu
yang paling sering diputar di radio-radio Perancis tahun 1997. Album pertama
Anggun tersebut berhasil mereguk sukses dengan penjualan lebih dari 150.000
kopi di Perancis dan Belgia. Anggun juga berhasil menjadi nominator untuk
"Pendatang Baru Terbaik" di Victoires de la Musique, penghargaan
tertinggi bagi industri musik Perancis.[18]
Anggun
menggebrak pasar musik internasional dengan meluncurkan versi bahasa Inggris
dari album pertamanya yang diberi judul Snow on the Sahara di 33 negara di
Asia, Eropa, dan Amerika.[3][19] Selain berisi lagu-lagu yang diadaptasikan
dari album Au nom de la lune, Anggun juga mendaur ulang lagu lawas milik
penyanyi David Bowie berjudul "Life on Mars?". Untuk pasar Asia
Tenggara, Anggun menyertakan sebuah lagu berbahasa Indonesia berjudul "Kembali".
Singel pertama Anggun "Snow on the Sahara" berhasil meraih sukses dan
menempati peringkat pertama di Italia, Spanyol, dan beberapa negara di Asia.
Lagu tersebut juga mencapai posisi lima besar pada UK Club Chart di Inggris dan
digunakan sebagai lagu promosi jam tangan mewah dunia Swatch. Album Snow on the
Sahara berhasil terjual lebih dari 1,5 juta keping di seluruh dunia dan meraih
penghargaan Diamond Export Award.[19][20] Album ini sempat tercatat sebagai
album penyanyi Asia dengan penjualan paling tinggi di luar Asia pada saat
itu.[21]
Di
Amerika Serikat, yang merupakan kiblat musik dunia, Snow on the Sahara dirilis
pada Mei 1998 oleh Epic Records.[7] Anggun melakukan tur selama sembilan bulan
di negara itu untuk mempromosikan albumnya.[4] Saat berada di sana, Anggun
diundang oleh penyanyi Kanada Sarah McLachlan untuk tampil di Lilith Fair,
sebuah festival musik wanita berkeliling Amerika.[22] Anggun juga tampil
sebagai artis pendukung dalam tur konser beberapa artis seperti The Corrs dan
Toni Braxton. Anggun sempat muncul di berbagai media cetak Amerika, seperti
majalah Billboard dan Rolling Stone.[16] Anggun juga beberapa kali tampil di
televisi Amerika, seperti dalam acara The Rosie O'Donnell Show dan New York
Sessions at West 54th, serta wawancara eksklusif di CNN dalam program World
Beat.[22][23]
Anggun
berhasil menoreh sejarah dengan menjadi artis berkebangsaan Indonesia pertama
yang menembus tangga musik Billboard.[21] Singel "Snow on the Sahara"
mencapai posisi 16 di Billboard Hot Dance/Club Play serta posisi 19 di
Billboard Border Breakers Chart.[3][24] Lagu Anggun juga menduduki posisi kedua
setelah Celine Dion pada daftar singel terfavorit jurnalis Billboard tahun
1998.[22] Meskipun cukup fenomenal, album Anggun ini terbilang gagal di Amerika
dan tidak mampu menembus tangga album Billboard 200. Album ini menduduki
peringkat 23 di Billboard Heat Seekers Chart dan sampai saat ini terjual
sekitar 200.000 keping di seluruh Amerika.[4][25]
2000–2003:
Chrysalis, Open Hearts dan era kolaborasi
Anggun
akhirnya resmi becerai dengan Michel Georgea pada tahun 1999. Setahun kemudian,
ia juga memutuskan untuk memperoleh kewarganegaraan Perancis. Langkah ini
diambil Anggun akibat buruknya pelayanan birokrasi di Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) yang sangat menyulitkan dirinya sebagai penyanyi yang setiap
saat bepergian ke berbagai negara, terutama saat mempromosikan album
internasional pertamanya.[26] Meskipun demikian, dalam wawancara dengan Kick
Andy tahun 2006, Anggun mengatakan "Buat saya yang ganti kan cuma warna
buku kecilnya [paspor]... Tulang saya tetap putih dan darah saya merah. Saya
tetap anak Indonesia."[6]
Pada
tahun 2000, Anggun meluncurkan album berbahasa Perancis keduanya berjudul
Désirs contraires dengan singel andalan "Un geste d'amour". Album ini
masih diproduseri Erick Benzi dan memuat jenis musik pop elektronik serta
elemen ambient dan R&B.[21] Namun, album ini gagal mengulang kesuksesan
album pertama Anggun dan hanya terjual sebanyak 30.000 kopi di Perancis. Untuk
versi internasional yang diberi judul Chrysalis, Anggun menulis semua lirik
lagu dalam bahasa Inggris.[19] Album internasional kedua Anggun tersebut
dirilis serentak di 15 negara pada tanggal 8 September 2000.[16] Singel pertama
dari album ini, "Still Reminds Me", berhasil menjadi hit di berbagai
radio di kawasan Eropa dan Asia. Lagu ini mencapai peringkat tiga di Italia dan
sepuluh besar di Jepang.[19] Singel tersebut juga menduduki posisi lima besar
The Music & Media Europe Border Breakers Chart. Khusus pasaran Asia Tenggara,
Anggun menyelipkan sebuah singel berbahasa Indonesia berjudul "Yang 'Ku
Tunggu". Tidak seperti versi berbahasa Perancis-nya, Chrysalis tetap
menjadi album multi-platinum dan berhasil meraih penghargaan gold di Italia
hanya dalam waktu seminggu.[27]
Pada
akhir tahun 2000, Anggun mendapat undangan untuk tampil bersama penyanyi rock
Kanada Bryan Adams pada konser Natal di Vatikan. Anggun kemudian menggelar tur
pertamanya keliling Eropa dan Asia. Konser pertama Anggun dimulai di Le
Bataclan, Perancis pada 1 Februari 2001 dan berakhir di Kallang Theater,
Singapura pada 30 April 2001.[16] Setelah itu, Anggun mulai terlibat dalam
banyak proyek kolaborasi. Dari banyak kolaborasi yang dilakukannya pada perode
itu yang cukup sukses yaitu bersama DJ Cam dalam lagu jazz "Summer in
Paris",[28] bersama Deep Forest pada lagu bercengkok Sunda "Deep Blue
Sea" serta duet bersama penyanyi rock terkenal Italia, Piero Pelù dalam
singel "Amore Immaginato". Singel duet Anggun dengan Piero Pelù
berhasil menduduki posisi puncak Italian Airplay Chart selama dua bulan.[27]
Anggun juga terlibat dalam proyek besar dua film Skandinavia, yaitu Anja &
Viktor (2001) dan Open Hearts (2002).[16] Anggun merilis sebuah lagu berjudul
"Rain (Here Without You)" untuk Anja & Viktor. Untuk Open Hearts,
Anggun merilis sebuah album soundtrack pada tahun 2002. Di album berbahasa
Inggris ketiga ini, Anggun bekerja sama dengan dua musisi asal Denmark, Jesper
Winge Leisner and Niels Brinck.[29] Singel dari album ini, "Open Your
Heart", dinominasikan meraih penghargaan "Lagu Terbaik" pada
Robert Awards 2003, anugerah tertinggi industri perfilman Denmark.[30]
Pencapaian
karier Anggun mengantarkannya meraih sejumlah apresiasi. Ia dianugerahi
penghargaan "The Cosmopolitan Asia Women Award" pada tahun 2000 serta
"The Women Inspire Award" pada tahun 2002, sebagai penyanyi yang
memberi inspirasi kepada seluruh wanita Asia atas kariernya sebagai penyanyi
solo asal Asia yang sukses di dunia internasional.[31] Pada Januari 2003,
Anggun hadir di MIDEM Awards untuk menerima penghargaan prestisius, Diamond
Award, yang diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan Perancis. Penghargaan
tersebut mengukuhkannya menjadi salah satu penyanyi berbahasa Perancis
tersukses di luar Perancis. Pada tahun 2003 Anggun memutuskan untuk
menghentikan kerja samanya dengan Sony Music, meskipun kotraknya belum selesai.
Langkah ini diambil Anggun akibat telah berubahnya struktur perusahaan itu di
berbagai negara. Anggun juga memutuskan pindah ke Montreal, Kanada. Di sini
pula Anggun kemudian bertemu jodoh dengan Olivier Maury, seorang sarjana
politik Kanada dan mereka menikah pada tahun 2004.[26]
2004–2006:
Luminescence
Anggun
menandatangani kontrak dengan Heben, sebuah label independen Perancis. Dalam
distribusi album, Anggun dibantu oleh Sony BMG untuk wilayah Eropa dan
Universal untuk wilayah Asia. Anggun meluncurkan album internasional ketiganya
Luminescence pada tahun 2005. Berbeda dengan album-album sebelumnya, kali ini
untuk versi bahasa Perancis dan bahasa Inggris dirilis dengan judul yang sama.
Selain itu, di album ini posisi Erick Benzi sebagai produser telah digantikan
oleh beragam musisi Perancis seperti Jean-Pierre Taieb, Lionel Florence, Evelyn
Kraal, dan Jean Faque.[32] Pada album ini, selain menggarap musik pop dan
beberapa unsur R&B, Anggun juga kembali ke akar musik rock yang pernah
menjadi cirinya di awal karier.[33]
Singel
pertama dari album ini, "Être une femme" atau "In Your
Mind", telah dinobatkan sebagai Lagu Paling Populer Tahun 2004 oleh Radio
France International, sebuah stasiun radio bertaraf internasional di Perancis.
Singel "Saviour" terpilih sebagai soundtrack dari film laris
Transporter 2.[34] "Undress Me" juga dirilis sebagai singel di
beberapa negara dan mencapai peringkat pertama tangga lagu Turki dan Lebanon.
Melalui Luminescence, Anggun melebarkan popularitasnya di negara-negara Timur
Tengah dan Eropa Timur. Luminescence dirilis ulang pada tahun 2006 dengan
tambahan tiga lagu baru, termasuk singel "I'll Be Alright" atau
"Juste avant toi". Anggun kemudian juga melakukan duet dengan
penyanyi legendaris asal Spanyol Julio Iglesias dalam lagu "All for
You".
Anggun
menerima sebuah penghargaan prestisius "Chevalier des Arts et
Lettres" dari pemerintah Perancis atas prestasi karier dan kontribusinya
pada budaya Perancis di seluruh dunia.[35][36] Anggun juga ditunjuk sebagai
juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Skim Mikrokredit, sebuah
program pengentasan kemiskinan di seluruh dunia.[37] Anggun juga terpilih
menjadi ambassador bagi Audemars Piguet, sebuah perusahaan jam tangan mewah
dunia asal Swiss.[38]
Pada
tanggal 25 Mei 2006, Anggun menggelar konser terbesarnya di Indonesia bertajuk
"Konser Untuk Negeri" di Jakarta Convention Center. Tiket sebanyak
5.000 lembar habis terjual dan konser berjalan sukses.[39] Anggun kemudian
menerima penghargaan khusus dari Anugerah Musik Indonesia sebagai "Artis
Internasional Terbaik".[40] Anugerah khas itu diberikan atas
keberhasilannya mengukir nama di luar negeri dan menaikan nama industri musik
Indonesia di mata internasional. Anggun menutup tahun itu dengan merilis sebuah
album kompilasi terbaik, Best Of, di Indonesia dan Malaysia. Album ini
menampilkan hits Anggun selama karier internasionalnya, ditambah tiga lagu
lawas Anggun—"Mimpi", Bayang-Bayang Ilusi", dan "Takut"—yang
dinyanyikan ulang dengan aransemen musik Andy Ayunir dan Orkestra Saunine.[41]
Best-Of juga dirilis untuk pasaran Italia dengan daftar lagu berbeda dan lagu
"I'll Be Alright" sebagai singel andalannya.[42]
2007–2010:
Kelahiran anak pertama dan Elevation
Setelah
pernikahannya dengan Olivier Maury kandas pada tahun 2006, Anggun menjalin
hubungan penulis Perancis Cyril Montana, yang akhirnya berlanjut ke jenjang
pernikahan. Anggun melahirkan putri pertama mereka bernama Kirana Cipta Montana
Sasmi pada 8 November 2007.[43] Pada awal tahun 2007, Anggun menulis dua lagu
untuk Julian Cely, salah seorang penggemarnya dari Perancis yang merilis album
pertamanya di Indonesia.[44] Anggun juga terlibat dalam penggarapan film
dokumenter bertema lingkungan hidup produksi BBC berjudul Un jour sur terre
atau Earth.[45] Anggun bertindak sebagai narator dan merilis singel soundtrack
film tersebut. Anggun juga didaulat sebagai "Marraine des Prix
Micro-Environnement" (duta lingkungan hidup) oleh National Geographic Channel
dan Kementrian Ekologi dan Pembangunan Berkelanjutan Perancis.[46][47] Anggun
berhasil meraih penghargaan "Le grand couer de l'annee" atas
kontribusinya dalam sejumlah permasalahan sosial dan lingkungan hidup di
Perancis.[48] Pada bulan Desember 2007, Anggun kembali mendapat undangan dari
Vatikan untuk tampil di konser Natal di Verona, Italia, bersama Michael
Bolton.[49] Anggun juga tampil di World Music Awards 2008 dengan membawakan
lagu "No Stress" bersama DJ Laurent Wolf.[50]
Album
internasional keempat Anggun berjudul Elevation dirilis pada akhir tahun 2008.
Kali ini Anggun mengganti aliran musiknnya menjadi hip-hop dan urban.[51]
Anggun menggandeng produser hip hop asal Amerika Serikat, Tefa dan Masta. Ia
juga berkolaborasi dengan sejumlah penyanyi rap yaitu Pras Michel (peraih
Grammy Awards dan mantan personel grup The Fugees), Sinik dan Big Ali, serta
Laurent Wolf dan Tomer G. untuk meremix lagu-lagunya.[52] Singel pertama album
ini yaitu "Si tu l'avoues" untuk pasaran Perancis, "Crazy"
untuk pasaran internasional, serta "Jadi Milikmu" untuk pasaran
Indonesia. Di Rusia, Elevation dirilis dengan tambahan sebuah lagu berjudul
"О нас с тобой", versi bahasa Rusia dari lagu "No Song"
yang dibawakan duet oleh Anggun dengan penyanyi berkebangsaan Rusia Max
Lorens.[53] Di Indonesia, sebelum dirilis resmi pada 1 Desember 2009, album ini
telah mendapat penghargaan double platinum, menjadikannya album dengan
penjualan tercepat sepanjang karier Anggun di Indonesia.[54] Sayangnya, album
ini juga menjadi album studio dengan penjualan terendah sepanjang karier
internasional Anggun.
Pada
era ini, Anggun kembali menjadi duta produk komersial, yaitu untuk sampo
Pantene dan susu Anlene.[55] Pada akhir tahun 2009, Anggun kembali ditunjuk
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kali ini sebagai duta organisasi pangan
internasional Food and Agriculture Organization (FAO) dalam misi pengentasan
kelaparan di seluruh dunia.[56][57] Anggun kemudian juga didaulat oleh mantan
Presiden Amerika Serikat Bill Clinton sebagai juru bicara Healthy Water
Fundraising Program. Selain itu, Anggun diangkat sebagai salah satu juri dalam
kontes kecantikan Miss France 2009.[58] Pada awal tahun 2010, penyanyi populer
Portugal Mickael Carreira mengajak Anggun untuk berduet dalam lagu "Chama
por me (Call My Name)" dan tampil dalam konser tunggalnya di Lisboa,
Portugal tanggal 26 Februari 2010.[59] Anggun juga berkolaborasi dengan musisi
Jerman Schiller dalam lagu "Always You" dan "Blind" untuk
album Schiller berjudul Atemlos. Anggun bersama Schiller juga menggelar tur
konser keliling Jerman selama bulan Maret 2010.[60]
2011–sekarang:
Echoes, Eurovision, dan proyek di Indonesia
Pada
tahun 2011, Anggun menggarap album internasional kelimanya bersama beberapa
musisi seperti Gioacchino, Pierre Jaconelli, Jean-Pierre Pilot, dan William
Rousseau.[61] Album tersebut diberi judul Echoes untuk versi berbahasa Inggris
dan Echos untuk versi berbahasa Perancis. Ini merupakan album internasional
pertama yang diproduseri sendiri oleh Anggun dan digarap oleh perusahaan
rekaman miliknya sendiri April Earth.[61] Untuk distribusi album, ia dibantu Warner
Music untuk wilayah Eropa dan Sony Music untuk Asia bagian Timur. Di album ini
Anggun menyajikan jenis musik pop organik dengan lirik yang filosofis dan
banyak bercerita tentang kehidupan.[62] Album ini dirilis pertama kali di
Indonesia pada Mei 2011 dengan singel "Hanyalah Cinta", disusul
negara-negara bahasa Perancis pada November 2011 dengan singel andalan "Je
partirai". Album ini berhasil meraih platinum di Indonesia pada minggu
pertama perilisannya.[63] Tujuh bulan kemudian, Echoes berhasil meraih empat
platinum dan memegang rekor sebagai album terlaris di toko kaset Indonesia
untuk tahun 2011.[64] Singel "Je partirai" mencapai peringkat lima di
Belgian Ultratip 50 Chart. Untuk mempromosikan album ini, Anggun menggelar
konser tunggal keduanya di Jakarta Convention Center bertajuk "Konser
Kilau Anggun" pada tanggal 27 November 2011. Anggun juga tampil untuk
ketiga kalinya dalam konser Natal tahunan di Vatikan, kali ini ia berduet
dengan penyanyi Irlandia Ronan Keating.[65]
Anggun
didaulat oleh saluran televisi publik France Télévisions sebagai wakil Perancis
untuk Kontes Lagu Eurovision 2012, kompetisi musik terbesar di Eropa yang
diikuti lebih dari 40 negara sejak 1956.[66] Anggun menulis sebuah lagu
berjudul "Echo (You and I)" sebagai entri Perancis untuk kontes
tersebut. Lagu ini turut direkam secara duet dalam empat versi berbeda bersama
penyanyi dari berbagai negara, yaitu bersama Claudia Faniello untuk pasaran
Malta, bersama Niels Brinck untuk Denmark, bersama Viktor Varga untuk Hungaria,
serta bersama Keo untuk Rumania.[67] Ia lalu menggelar tur di 15 negara di
Eropa untuk mempromosikan singel tersebut. Anggun menampilkan lagu tersebut
pada grand final Eurovision 2012 di Baku, Azerbaijan dengan mengenakan gaun
khusus rancangan desainer langganan Madonna, Jean-Paul Gaultier. Namun, hasil
akhir kompetisi hanya menempatkan lagu tersebut di peringkat 22.
Pada
Maret 2012, Anggun merilis album Echoes untuk pasaran internasional dengan
"Echo (You and I)" sebagai singel andalan.[68] Album ini juga kembali
diluncurkan di Perancis dalam edisi khusus dengan tiga lagu tambahan. Setelah
menyelesaikan tugasnya di Eurovision, Anggun melanjutkan promosi album ini
dengan menggelar tur konser di beberapa kota di Perancis, Swiss, dan Kaledonia
Baru, diawali dengan konser tunggalnya di Kota Yerres, pada tanggal 8 Juni
2012.[69] Pada akhir tahun 2012, Anggun juga kembali diajak oleh Schiller dalam
tur konser di 10 kota di Jerman.[70] Anggun mengumumkan di Twitter bahwa selama
2013, ia akan lebih banyak menghabiskan waktu di kawasan Asia.[71] Ia diangkat
menjadi juri internasional X Factor Indonesia untuk musim perdana. Anggun juga
sedang mempersiapkan sebuah album baru khusus untuk Indonesia. Ini akan menjadi
album studio pertama Anggun yang berbahasa Indonesia penuh dalam 20 tahun,
sejak Anggun C. Sasmi... Lah!!! (1993).[72]
Keartisan,
citra, dan pencapaian
Anggun
sering dijuluki sebagai "Diva Indonesia" oleh media dalam dan luar
negeri.[73][74][75] Anggun dikenal sebagai penyanyi yang memiliki jenis suara
kontralto yang tebal serta teknik improvisasi vokal yang unik.[76] Pada saat
merilis album Snow on the Sahara banyak pengamat musik internasional yang
memuji suara Anggun dan sering menyebutnya "Annie Lennox dari
Asia".[77] Anggun sendiri telah dilatih vokal dengan keras oleh ayahnya
Darto Singo sejak umur tujuh tahun.[5] Pada awal kariernya, Anggun banyak
dipengaruhi oleh penyanyi dan grup musik bergenre rock seperti Guns N' Roses,
Bon Jovi, dan Megadeth,[3] sehingga album-albumnya selama di Indonesia tidak
lepas dari jalur musik rock. Namun, sejak beralih menjadi penyanyi
internasional, jenis musik Anggun lebih variatif dan selalu berbeda di setiap
albumnya.[21] Selain musisi-musisi tersebut, Anggun juga mengaku mengidolakan
Sheila Chandra, Sting, David Bowie, dan The Beatles.[8] Anggun juga pernah
belajar Tari Bali yang telah menjadi pengaruh kuat dalam penampilannya di atas
panggung.[78]
Pada
awal kariernya sebagai penyanyi rock, Anggun terkenal dengan penampilannya yang
tomboi dan khas—menggunakan baret miring, celana pendek, jaket paku-paku dan
ikat pinggang besar—yang sempat menjadi tren di awal 1990-an. Namun, sejak
menjadi penyanyi internasional, Anggun mengubah total gaya berbusananya menjadi
lebih feminin dan seksi, melalui penampilan khas wanita Indonesia dengan rambut
hitam panjang dan kulit sawo matang.[75] Untuk menunjang penampilannya Anggun
telah banyak dibantu para perancang busana dunia seperti Azzedine Alaïa, Dolce
& Gabbana, dan Roberto Cavalli.[55] Majalah Herworld telah menobatkan
Anggun sebagai inspirasi wanita berambut lurus panjang selama dekade 2000-an.
Anggun juga menduduki peringkat 18 dalam daftar "100 Wanita Terseksi di
Dunia" versi majalah FHM Perancis pada tahun 2010.[79]
Meskipun
telah sukses sebagai seorang penyanyi, Anggun tidak pernah melebarkan sayap
kariernya ke bidang lain di luar musik.[80] Saat menggelar promosi album
internasional pertamanya di televisi Amerika Serikat, Anggun sempat ditawarkan
sutradara Hollywood untuk bermain di film James Bond: The World Is Not Enough
dan High Fidelity.[81] Namun, kedua peran tersebut ditolak Anggun dan akhirnya
diberikan pada aktris Sophie Marceau dan Lisa Bonet. Anggun mengatakan
"Aku lahir sebagai penyanyi. Aku tidak akan mencoba profesi lain karena
menurutku masih banyak orang yang memang dilahirkan untuk menjadi bintang film
atau model. Aku merasa panggilan jiwaku adalah musik."[80] Selain itu,
Anggun juga cenderung selektif dalam memilih produk iklan yang
dibintanginya.[82]
Anggun
merupakan salah satu penyanyi pertama dari Asia yang benar-benar mampu
menerobos industri musik internasional di luar Asia. Tidak seperti para
penyanyi kulit hitam, orang-orang Asia masih sulit mendapat tempat di blantika
musik Eropa dan Amerika. Kesuksesan Anggun secara langsung atau tidak telah
membuka jalan bagi penyanyi-penyanyi lain dari Asia. Setelah Anggun baru muncul
sederet nama penyanyi Asia yang mencoba menggarap pasar musik Eropa atau
Amerika seperti Coco Lee, Utada Hikaru, BoA, atau Tata Young. Penyanyi Hong
Kong Coco Lee bahkan mengaku terinspirasi oleh Anggun saat hendak meluncurkan
album internasional pertamanya Just No Other Way (1999). Lionel Zivan S.
Valdellon, seorang jurnalis asal Filipina, menyebut Anggun sebagai
"seorang duta yang sangat bagus untuk Indonesia dan Asia secara
umum."[22] Anggun sendiri mengatakan, "Saya rasa sudah saatnya
orang-orang [luar Asia] tahu lebih banyak tentang Asia, tidak hanya sekedar
tempat liburan."[22]